Lamongan, Jawa Timur —
Indonesia masih menghadapi beban besar dalam penanggulangan Tuberkulosis (TBC). Meski pengendalian TBC pada orang dewasa terus digencarkan, TBC pada anak kerap terabaikan dan terlambat terdeteksi. Banyak kasus yang tidak terdiagnosis karena gejala TBC pada anak cenderung tidak khas, bahkan sering dikira hanya masalah gizi biasa.
Melihat kenyataan di lapangan, Puskesmas Dradah Kabupaten Lamongan menghadirkan sebuah terobosan inovatif yang berfokus pada kelompok rentan: balita stunting, gizi kurang, dan anak-anak dengan risiko tinggi lainnya. Inovasi ini diberi nama “Si CANTIK TB”, singkatan dari Skrining TBC dan Mantoux Test pada Balita Stunting, BB Kurang, dan Risiko Tinggi Lainnya.
1. Latar Belakang Inovasi
Menurut data dari Global TB Report WHO 2023, Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC. Diperkirakan sekitar 11% dari total kasus TBC terjadi pada anak-anak, namun hanya sebagian kecil yang berhasil didiagnosis dan diobati tepat waktu.
Di tingkat lokal, balita yang mengalami berat badan tidak naik, gizi kurang, atau stunting sangat rentan terhadap infeksi TBC, namun mereka belum menjadi prioritas skrining secara sistematis. Padahal, anak-anak ini seringkali sudah kontak erat dengan penderita dewasa dalam rumah tangga.
Inilah yang menjadi dasar lahirnya inovasi “Si CANTIK TB”, yang bertujuan untuk melakukan skrining proaktif, pemeriksaan Mantoux test, dan pencatatan kasus secara terintegrasi, agar tidak ada lagi balita berisiko yang luput dari pemantauan.
2. Dasar Regulasi Inovasi
Inovasi ini sejalan dengan komitmen nasional dan regulasi strategis, antara lain Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang menargetkan eliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030, Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang mengatur pentingnya pelibatan puskesmas dan layanan primer dalam penemuan kasus secara aktif. RPJMN 2020–2024, yang mendorong inovasi layanan kesehatan primer berbasis data dan komunitas. Serta dukungan dari Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan integrasi layanan gizi dan TBC anak.
4. Strategi Pelaksanaan Si CANTIK TB
Program Si CANTIK TB dijalankan melalui beberapa tahapan dan pendekatan:
1. Pemilihan Sasaran
- Balita stunting
- Balita berat badan tidak naik ≥2 bulan
- Balita dengan gizi kurang
- Kontak erat penderita TBC dewasa
2. Skrining Gejala TBC
- Dilakukan di posyandu, poli anak, kunjungan rumah
- Kuesioner melalui google form oleh kader dan nakes
3. Pemeriksaan Mantoux
- Dilakukan bagi balita dengan gejala mencurigakan atau dengan faktor risiko tinggi
- Bekerja sama dengan laboratorium dan fasilitas rujukan
4. Pencatatan dan Tindak Lanjut
- Pengisian data dalam sistem TB anak
- Rujukan lanjutan bila ditemukan kasus aktif
5. Edukasi dan Pemberdayaan Kader
- Pelatihan kader menggunakan modul sederhana
Dampak dan Harapan
Inovasi “Si CANTIK TB” telah memberikan dampak positif di wilayah kerja Puskesmas Dradah Beberapa balita berhasil diidentifikasi sebagai suspek TBC dan segera mendapat penanganan. Inovasi ini juga mempermudah integrasi antara program TBC dan gizi, serta memperkuat peran kader dalam penemuan dini kasus.
Kami berharap program ini dapat direplikasi di puskesmas lain di wilayah Kabupaten Lamongan, bahkan hingga tingkat provinsi. Dengan intervensi sejak dini, kita bisa memutus rantai penularan TBC, memperbaiki status gizi balita, dan mewujudkan generasi sehat bebas TBC.
Mari bersama-sama kita sukseskan inovasi “Si CANTIK TB”. Bawa balita Anda ke posyandu, pantau tumbuh kembangnya, dan jangan ragu berkonsultasi dengan petugas jika ada gejala mencurigakan.
📍 Puskesmas Dradah – Bersama Kita Sehat, Bersama Kita Bebas TBC